LOLOS
24 Oktober 2010,
10:45, di dalam bagian kapal pesiar yang sudah hancur. Terdengar suara teriakan
keras yang bergema di dalamnya, suara tersebut didengar oleh sosok misterius
yang bergerak dengan cepat dalam laut.
?: “Ketemu.”
Jeritan
Francis memekakkan telinga dan membuat kaca retak, sang wanita perompak
langsung menutup telinganya. Di saat bersamaan, kaca jendela kapal pecah satu
persatu dan air mulai masuk dengan cepat. Ketinggian air meningkat setinggi
lutut, Francis terendam dengan cepat dan dia masih berteriak dalam air.
Suaranya sendiri sudah tidak terdengar lagi karena hal tersebut, sang wanita
langsung berdiri dan kembali membantu Francis. Dia menyelam dan mencoba menarik
lengan Francis namun tetap tidak berhasil, kemudian dia mengambil pisau yang
dia simpan di dalam rompinya. Setelah itu dia menusuk lengan Francis yang
tersangkut, darah keluar dan bertebaran dari lengan yang ditusuk. Dia berusaha
memotong lengannya sekuat tenaga, akan tetapi bilah pisau tersebut patah. Sang
wanita langsung keluar dari dalam air dan melihat dengan pandangan tak percaya
pada pisaunya yang patah, sementara Francis sudah dalam kondisi tidak sadarkan
diri dengan kondisi mata dan mulut terbuka. Wanita perompak itu mulai panik dan
menoleh ke sana kemari mencari sesuatu, namun dia mendadak diam saat mendengar
suara seseorang.
?:
“Francis! Francis! Kau di dalam?!”
Wanita
itu menoleh ke arah suara tersebut, dia menyadari ada salah satu jendela yang
tersumbat oleh sesuatu sehingga air tidak bisa masuk. Dia berjalan menghampiri
jendela dan mengamati benda yang tersangkut di jendela, benda itu menyerupai
bola besi.
?:
“Francis? Apa itu kau?!”
??:
“Siapa ini?”
?:
“Suara wanita? Kau sendiri siapa?”
??:
“Aku... aku penumpang di kapal ini, aku terjebak bersama dengan seseorang.”
?:
“Apa dia punya rambut merah dan berwajah tidak ramah?”
??:
“Begitulah.”
?:
“Di mana dia sekarang?!”
??:
“Dia terjepit, lengannya terjepit tembok kapal. Sekarang dia tenggelam dan aku
tak bisa mengeluarkannya.”
?:
“Apa?! Bagaimana bisa?!”
??:
“Dia jatuh ketika kapal ini tenggelam dalam posisi miring, badannya
kejang-kejang kemudian dia berteriak kencang sampai telingaku sakit.”
?:
“Baiklah, apa sekarang dia ada di bawah situ? Aku akan mengeluarkannya, jadi
tolong bantu aku.”
??:
“Baik, apa yang harus kulakukan.”
?:
“Dorong kepalaku keluar dari jendela ini.”
Wanita itu memasang wajah bengong
mendengar perkataannya.
??:
“Kau terjepit juga?”
?:
“Tak usah dipermasalahkan, kau dorong saja kepalaku.”
Wanita
itu langsung menuruti perintah dan mencoba mendorongnya sekuat tenaga, dia juga
berusaha mencungkil jendela dengan pisaunya yang patah. Tidak lama kemudian,
jendela itu mulai memancarkan air sebagai tanda benda yang menyumbat jendela
mulai lepas. Benda itu akhirnya terlepas dan air masuk ke dalam sangat cepat,
kini air sudah mencapai ketinggian lehernya. Wanita itu menyelam sekali lagi
dan melihat Francis yang sudah tidak bergerak lagi, seolah-olah sudah mati.
Mendadak dinding tempat Francis terjepit bergetar, muncul semacam sinar laser
yang membuat lubang di sekitar tubuh Francis. Ketika lubang sudah selesai
dibuat, tembok tersebut jebol dan membuat seisi kapal tersedot keluar. Francis
yang masih pingsan langsung tersadar, sementara wanita itu berpegangan sekuat
tenaga agar tidak tersedot. Tapi karena arus yang terlalu kuat, pegangannya
terlepas dan dia terlempar keluar. Dia mulai kehilangan kesadaran, sebelum
pingsan dia melihat cahaya merah. Sesosok misterius muncul mendekatinya,
matanya bersinar kekuningan.
Di
tepi pantai, Julio sang perompak duduk meringkuk sambil meratapi nasibnya. Sambil
menggiti kuku jempolnya, dia melihat bulan yang bayangannya terlihat jelas di
laut. Julio mengambil kerikil dan melemparnya ke laut, tepat pada bayangan
bulan.
Julio: “(Idiota. Seharusnya aku tidak
meninggalkan mereka.)”
Julio melempar
kerikil lagi pada bayangan tersebut, namun hal aneh terjadi. Kerikil itu
terlempar kembali tepat di ujung kakinya, Julio yang keheranan mengambil
kerikil tersebut dan mengamatinya. Dia melemparnya kembali, kali ini ada suara
seperti besi yang berdenting. Kerikil itu terlempar kembali dan tepat mengenai
dada Julio, dia melihat sesuatu yang ganjil. Bayangan bulan di laut mendadak
bersinar dengan warna kemerahan, bayangan itu sendiri terlihat bergerak.
Sesuatu perlahan muncul dari dalam lautan perlahan-lahan, sosok seperti manusia
tersebut berjalan keluar dari laut dan menuju pantai. Tubuhnya bersinar
kemerahan, dia terlihat membawa seseorang dengan kedua tangannya. Sosok
tersebut ternyata adalah Francis dengan baju tempur lengkap, orang yang dia
bawa adalah sang wanita perompak. Julio yang melihat hal tersebut langsung
berlari menghampiri mereka, dia melihat pimpinannya tidak sadarkan diri.
Julio: “Capitana!”
Francis
menyerahkan sang pimpinan pada Julio, dia langsung menerimanya dan
membaringkannya ke tanah. Sementara Francis berusaha melepaskan helmnya,
sesuatu jatuh di bagian belakang. Francis sudah berhasil melepas helmnya dan kembali
berpenampilan seperti biasa, hanya jas dan kemejanya robek di bagian lengan
sebelah kanan. Dia memandang ke belakang dan menghampiri benda aneh yang jatuh
dari belakang tubuhnya. Benda itu diambil dan diangkat tepat di hadapan wajah
Francis, ternyata itu adalah kepala robot Uchida.
Francis: “Apa yang terjadi dengan
tubuhmu?”
Uchida: “Tekhnologi klon tubuh itu belum
sempurna, terjadi pembusukan dalam waktu singkat. Untungnya aku sudah
menyelaraskan hubungan mental tubuhku yang asli dan menghubungkannya dengan
tubuh baruku, tanpa harus takut jika terjadi sesuatu.”
Francis: “Lalu mana sisa tubuhmu sekarang?”
Uchida: “Ada di hotel, sudah jadi debu.
Kalau tubuh asliku kutinggalkan di rumah Max, aku langsung pergi ke tujuanmu
begitu tahu apa yang terjadi.”
Francis: “Rumahnya itu jauh dari sini
bukan? Dan kau hanya tinggal kepala, bagaimana kau pergi kemari?”
Uchida: “Ada sistem roket darurat di
kepalaku, aku hanya bisa menggunakannya 3 kali. Tadi aku menggunakannya untuk
pergi dari lab ke rumah Max, kemudian terbang kemari. Tubuhku yang asli ada di
atas sana sekarang, aku harus segera kembali sebelum tubuhku tidak berfungsi.”
Francis
mendongak memperhatikan langit malam, dia melihat bintang-bintang yang
bersinar. Tapi dia menyadari salah satu bintang yang sinarnya berbeda dengan
yang lain, dia bolak-balik memandangi langit lalu wajah Uchida. Dia tersenyum dengan
wajah jahat, Uchida langsung menyadari niatnya. Francis melempar kepala Uchida
ke langit dengan kecepatan tinggi, membuat Uchida berteriak kencang
Uchida: “FRANCIIIIIIIISSS!!”
Setelah
kepala Uchida tidak terlihat lagi, Francis memandang ke arah di mana kapal tadi
tenggelam. Banyak penumpang sudah diangkut oleh perahu penyelamat dan dibawa
pergi oleh polisi, dia mengalihkan pandangannya pada Julio dan sang wanita. Dia
baru saja sadar dan dibantu berdiri oleh Julio, namun dia masih sempoyongan. Dia
kemudian melihat Francis, mereka berdua saling berpandangan cukup lama. Francis
beranjak pergi, namun wanita itu berusaha memanggilnya. Dia langsung terjatuh
karena masih lemas, Julio yang panik langsung memanggilnya.
Julio: (“Hei! Hei! Tunggu! Jangan pergi!”)
?: “Kau yang berambut merah... tunggu...”
Francis
langsung berhenti, Julio membantu kaptennya berdiri tapi dia mendorongnya. Dia
berjalan maju perlahan-lahan, di tangan kanannya sudah ada pistol yang langsung
ditodongkan pada Francis.
Julio: (“Itu pistolku, sejak kapan?”)
?: “Kau... siapa namamu?”
Francis: “Francis.”
?: “Aku berterima kasih karena kau sudah
menolongku, tapi kau sudah melihat wajahku. Aku takkan biarkan kau pergi begitu
saja.”
Francis: “Oh...”
Francis
berbalik dengan wajah seram, seolah-olah ingin membunuh. Sang wanita dan Julio
merinding begitu melihatnya, Francis berjalan mendekati sang wanita. Ujung
pistol dan wajah Francis sekarang berdekatan, sang wanita berkeringat saat
dipandangi oleh Francis dengan tatapan tajam. Francis lalu mengambil sesuatu
dari balik jasnya, sebuah tangan monster berada dalam genggamannya.
Wanita: “Itu...”
Francis: “Aku mengambilnya dari mutan yang
keluar melarikan diri dari kapal itu, jadi... sepertinya kau tahu... apa yang
ada di dalam sana.”
Mendadak
terdengar dering telepon, Francis berdecak dan segera mengambil sesuatu dari
balik jasnya. Ternyata dering itu sendiri berasal dari kacamata yang dia
keluarkan, dia langsung memakainya dan menjawab panggilan.
James: “Halo, masih dalam keadaan tubuh
lengkap?”
Francis: “Aku masih punya tangan yang bisa
mematahkan lehermu dengan sekali putar.”
James: “Oh, itu menakutkan. Aku bisa
melihatmu dari sini, kau di pantai bukan? Sepertinya kau sudah mendapat teman.”
James
sendiri melihat dari kejauhan dengan teropong, menaiki speedboat yang
dikendarai Roy. Selain mereka juga ada Megan dan Olivia, mereka semua menuju
pantai. Francis mendesah panjang begitu melihat mereka semua, dia memandang
lagi pada sang wanita.
Francis: “Aku takkan membunuhmu, kau punya
pertanyaan begitu juga dengan diriku. Jadi apa yang akan kau lakukan setelah
ini?”
Di
sebuah gua bawah laut, mutan berwajah ikan yang baru kabur dari kapal masuk ke
dalam. Di dalamnya ternyata ada sebuah markas besar yang dijalankan beberapa
absorber, mereka berdua disambut oleh seseorang. Orang itu adalah Braz,
pemimpin dari proyek pembuatan terowongan yang saat ini mereka buat.
Braz: (“Selamat datang, semuanya. Terutama
kau, Mendez.”)
Di
hadapan Braz, sudah ada Mendez yang memakai pakaian milik pembajak kapal dalam
keadaan basah kuyup. Kepalanya berwujud manusia, tapi kaki dan tangannya
seperti katak yang memiliki selaput di jari-jarinya. Di belakangnya ada mutan
ikan yang jadi bawahannya, Braz memandangi mereka dan terlihat keheranan.
Braz: (“Aneh, mana prajuritmu yang satu
lagi? Kau biasanya membawa mereka tanpa kurang satupun.”)
Mendez: (“Itu...”)
Dari
belakang Mendez, terdengar suara langkah kaki yang berat dan tetesan-tetesan
air. Mendez dan para mutan langsung berbalik dan memberikan jalan pada orang di
belakang mereka, dia terlihat sedang memakan sesuatu. Wujudnya tidak terlihat
jelas, Braz sendiri terlihat senang melihat orang tersebut. Mendadak terdengar
suara derap langkah kaki, Montes berlari dengan kencang ke arah orang tersebut.
Orang itu langsung melempar makanannya dan ditangkap oleh Montes dengan mulut
di kepalanya, makanan itu sendiri ternyata adalah sebuah kaki milik bawahan
Mendez.
?: “(Sudah lama sekali ya, Braz, Montes.)”
Braz: “Kapitan!”
Kapitan: “(Maaf karena kedatanganku hari
ini dipercepat, beberapa ular laut sudah membangunkanku.)”
Braz: “(Oh, perompak rendahan itu? Jadi
mereka masih hidup.)”
Kapitan: “(Aku masih perlu istirahat, ini
semua tanggung jawabmu. Kau mengerti, Mendez?)”
Mendez: “(Baik, Kapitan.)”
Braz: “(Kapitan, aku sudah menyiapkan
ruanganmu. Kau tak perlu khawatir saat nanti kau bangun untuk menghadiri
pesta.)”
Kapitan
dan Braz meninggalkan Mendes yang terlihat depresi, dia melihat Montes yang
sedari tadi mengunyah-ngunyah kaki bawahannya. Salah satu bawahannya langsung
berbisik, seketika itu juga raut wajahnya berubah.
Mendez: “(Apa itu betul?)”
Bawahan: “(Ya, dia yang melukai salah satu
dari kita. Dia mirip dengan eksperimen M46N4...)”
Mendez: “...120K... (masih ada
kesempatan...)”
Sementara
itu di suatu tempat terpencil, ada sebuah Villa yang terletak di atas sebuah
bukit. Di sekitarnya dikelilingi perkebunan kopi yang dikelola oleh beberapa
orang pekerja, bagian belakang Villa menghadap ke arah laut. Dari ruangan Villa
tersebut, kota Acapulco bisa terlihat jelas dari kejauhan. Pemandangan itu
sendiri sedang dinikmati oleh Uchida yang hanya kepala, saat ini sedang
memulihkan diri dalam sebuah tabung kaca. Sementara tubuhnya menyedot makanan
dan minuman dalam jumlah besar, Olivia baru saja masuk ruangan membawakan
makanan. Suara tubuh Uchida yang menyedot makanan terdengar dari kamar sebelah,
dalam ruangan itu ada Julio dan sang wanita pemimpin perompak duduk di kursi di
depan meja makan. Di depan mereka, Francis dan James juga duduk di kursi
memandangi mereka. Tapi James hanya memandangi sang wanita dengan pandangan
menggoda, sang wanita hanya memalingkan wajah. Terdengar suara ketukan pintu,
Megan masuk dan melihat keadaan di dalam. Dia menahan tawa saat melihat James,
sebelah wajahnya terdapat bekas tamparan.
Megan: “Sepertinya kau menikmati sekali.”
James: “Apa salahnya? Aku sudah biasa
ditampar wanita.”
Megan: “Yeah, yeah. Senorita, ada yang
ingin bertemu denganmu.”
Megan
masuk sambil ditemani seorang anak lelaki dengan penampilan rapi, kemeja putih
dan celana pendek. Warna rambutnya hitam, matanya coklat, dan warna kulitnya
sama dengan Julio dan wanita tersebut. Sang wanita kaget begitu mereka bertemu,
begitu juga dengan anak tersebut.
Wanita: “Martinez?!”
Martinez: “(Kak Amara?)”
Anak
lelaki itu memandang Megan, Megan mengangguk dan melepaskan anak itu. Dia
berlari dan langsung memeluk wanita yang ternyata bernama Amara itu, James dan
Megan saling memandang dan mengedipkan sebelah mata satu sama lain.
Amara: “(Kau tidak apa-apa? Kukira polisi
sudah membawamu pergi.)”
Martinez: “(Tidak, aku dibius dan dibawa
pergi waktu aku menjaga kapal. Waktu aku sadar, aku sudah ada di dalam mobil
dengan kakak itu.)”
Megan: “Dia sempat menyerangku dengan
pisau, untungnya Olivia berhasil melindungiku.”
Francis: “Seharusnya dia dibunuh saja.”
Megan
langsung mengeluarkan alat setrum dan menyerang dahi Francis, dia kejang-kejang
sampai menendang meja dan membuat vas bunga kecil di atasnya jatuh dan pecah.
Francis: “Hei!”
Megan: “Kalau kau mengatakan sesuatu
seperti bunuh atau siksa lagi, kusetrum bagian tubuhmu yang tak bisa kau
bayangkan sakitnya.”
James: “Ah, mejanya jadi berantakan.
Francis, kau duduk di beranda saja. Biar aku dan Megan yang tangani ini.”
Terdengar
ketukan pintu, Megan membukanya dan di depannya sudah ada Olivia membawakan
makanan yang didorong dengan meja dorong dan ditutupi tudung saji. Dia
mempersilakannya masuk, Olivia langsung memasukkan makanan ke dalam. Ketika dia
melihat kondisi meja, dia langsung mengeluarkan lap, sapu kecil, ember kecil
dan sebuah pengki kecil dari balik celemeknya. Dia langsung membereskan vas
yang pecah, mengelap meja dan lantai yang basah, kemudian memeras airnya ke
dalam ember. Bunga yang tadinya ada di vas lama, dimasukkan ke vas yang baru
saja diganti dan diisi air. Setelah itu, dia meletakkan hidangan yang sudah
disiapkan ke atas meja. Di atas sudah terdapat dua hidangan yang masih ditutup,
James dan Megan sudah duduk di kursi masing-masing.
James: “Sebelum kita bicara, lebih baik
kalian duduk dulu dan ikut makan bersama kami.”
Megan: “Kita takkan bisa membicarakan
masalah ini kalau kalian lapar bukan?”
Julio: “(Apa katanya?)”
Amara: “(Dia mengajak kita untuk makan.)”
Setelah
dipersilahkan untuk duduk, Olivia membuka tudung. Asap keluar dari dalamnya, di
depan mereka sudah ada dua hidangan yang menggugah selera. Satu piring berisi
hidangan seperti lumpia yang digoreng, satunya lagi adalah masakan seperti
kebab yang berisi daging dan sayur
James: “Jadi... di antara, burrito dan
chimichanga... kalian lebih suka yang mana?”
Julio
langsung menelan ludah dan mencoba mengambil, tapi Amara menampar tangannya.
James dan Megan saling memandang, setelah itu mereka memandang Martinez. Suara
perutnya terdengar, James langsung mengambil inisiatif. Dia hendak mengambil
makanan tersebut, namun mendadak Francis mengambil semua makanan dalam satu
piring dan membawanya pergi ke beranda. Olivia langsung berjalan cepat dan
mengambil kembali makanan yang dibawa Francis dan menyetrumnya dengan alat,
makanan itu diletakkan kembali ke meja.
Megan: “Terima kasih, Olivia. Maaf atas
yang barusan.”
James
dan Megan mengambil satu dari piring, James mengambil Chimichanga, Megan Burrito.
Mereka berdua langsung menggigit dan mengunyahnya, mereka berdua terlihat
menikmati sampai mereka menelannya.
James: “Hm, renyah.”
Megan: “Isinya nasi dan kacang, lumayan.”
Francis
memandangi 3 orang yang terlihat kelaparan itu dengan tatapan seram, Amara yang
sempat meragukan masakan tersebut langsung menganggukkan kepala pada Julio dan
Martinez. Julio dan Martinez langsung mengambil tanpa segan-segan, dengan
lahapnya mereka makan hidangan tersebut. Tanpa disadari, Francis sudah ada di
belakang Amara. Dia menyuguhkan sepiring Chimichanga di hadapannya, dia sendiri
menyuguhkan sambil makan Buritto yang dia kunyah dan lahap bulat-bulat. Amara
terdiam melihat bekas terbakar di dahinya karena disetrum, dia hanya
menganggukkan kepala. Francis langsung beranjak pergi setelah dia mengambil
satu chimichanga di atas meja, Amara memandanginya sambil makan.
Beberapa
saat kemudian, semua yang ada di dalam ruangan duduk saling berhadapan. Dengan
suguhan minuman di atas meja, ada kopi dan teh. Olivia sendiri menuangkan teh untuk
Megan dan James, kopi untuk Francis, Julio dan Amara, Martinez sedang minum
susu dengan sedotan.
James: “Nah, karena kita sudah makan. Mari
kita bicara, tapi sebelumnya mari kita perkenalkan diri. Aku James, ini adikku
Megan, kalian sudah bertemu tentunya. Yang menyajikan kalian minuman tadi
adalah Olivia, pelayan pribadi Megan.”
Megan: “Dia yang ambil perhiasanku di atas
kapal.”
Amara: “Maaf, tapi aku tak bisa
mengembalikannya.”
James: “Tapi kau masih punya yang lain
kan? Jadi tidak masalah.”
Megan: “Benar, aku memaafkanmu.”
James: “Dan ini... adalah Francis,
wajahnya memang tidak ramah tapi dia adalah pengawalku.”
Francis: “Hmph, kau bilang memperkenalkan
diri tapi kau yang memperkenalkan kami.”
Megan: “Kami takkan melaporkan kalian ke
polisi, tidak usah khawatir. Si, Martinez?”
Martinez
hanya menganggukkan kepala, James lalu menepuk dada kirinya. Terdengar suara
mendenging yang tidak mengenakkan, setelah suara itu berhenti. James mulai
berdeham, dia mulai berbicara dengan bahasa Spanyol.
James: “(Baiklah, apakah sudah dinyalakan?
Sepertinya berhasil)”
Martinez: “(Dia berbicara bahasa kita.)”
James: “(Ini penemuan baru, masih dalam
percobaan. Terkejut? Bagaimana dengan kau? Sedari tadi kau diam saja.)”
Julio
bengong dengan mulut menganga, menunjukkan gigi-giginya yang hitam. Semua
melihatnya dengan perasaan jijik, terkecuali Francis.
James: “(Kau mungkin perlu tutup mulutmu
sebelum ada lalat masuk ke situ.)”
Julio
langsung menutup mulutnya, sebagai gantinya matanya melotot. Membuat suasana
menjadi canggung, Francis mengambil sesuatu yang terpasang di dinding dan
melemparnya pada Julio hingga mengenai kepalanya. Francis mendongakkan
kepalanya, memberinya isyarat untuk memakai apa yang dia lempar. Dia segera
memakainya, suasana dalam ruangan berubah ceria. Megan dan Olivia berusaha
menahan tawa, begitu juga Amara. Martinez sendiri tertawa terbahak-bahak,
ternyata dia memakai topeng dengan wajah Teletubbies.
Julio: “(Namaku Julio.)”
Francis: “Jadi... Amara... bukan?”
Suasana
tenang kembali setelah Francis mulai bicara, Amara dan Francis mulai saling
pandang. Dia kemudian menunduk dan mulai mengambil nafas panjang, setelah itu
dia memasang wajah serius.
Amara: “Baiklah, aku akan menceritakan
semuanya dari awal.”