Sunday, March 27, 2022

Level 45

 

LOLOS

 

            24 Oktober 2010, 10:45, di dalam bagian kapal pesiar yang sudah hancur. Terdengar suara teriakan keras yang bergema di dalamnya, suara tersebut didengar oleh sosok misterius yang bergerak dengan cepat dalam laut.

?: “Ketemu.”

                Jeritan Francis memekakkan telinga dan membuat kaca retak, sang wanita perompak langsung menutup telinganya. Di saat bersamaan, kaca jendela kapal pecah satu persatu dan air mulai masuk dengan cepat. Ketinggian air meningkat setinggi lutut, Francis terendam dengan cepat dan dia masih berteriak dalam air. Suaranya sendiri sudah tidak terdengar lagi karena hal tersebut, sang wanita langsung berdiri dan kembali membantu Francis. Dia menyelam dan mencoba menarik lengan Francis namun tetap tidak berhasil, kemudian dia mengambil pisau yang dia simpan di dalam rompinya. Setelah itu dia menusuk lengan Francis yang tersangkut, darah keluar dan bertebaran dari lengan yang ditusuk. Dia berusaha memotong lengannya sekuat tenaga, akan tetapi bilah pisau tersebut patah. Sang wanita langsung keluar dari dalam air dan melihat dengan pandangan tak percaya pada pisaunya yang patah, sementara Francis sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri dengan kondisi mata dan mulut terbuka. Wanita perompak itu mulai panik dan menoleh ke sana kemari mencari sesuatu, namun dia mendadak diam saat mendengar suara seseorang.

 

?: “Francis! Francis! Kau di dalam?!”

 

            Wanita itu menoleh ke arah suara tersebut, dia menyadari ada salah satu jendela yang tersumbat oleh sesuatu sehingga air tidak bisa masuk. Dia berjalan menghampiri jendela dan mengamati benda yang tersangkut di jendela, benda itu menyerupai bola besi.

 

?: “Francis? Apa itu kau?!”

??: “Siapa ini?”

?: “Suara wanita? Kau sendiri siapa?”

??: “Aku... aku penumpang di kapal ini, aku terjebak bersama dengan seseorang.”

?: “Apa dia punya rambut merah dan berwajah tidak ramah?”

??: “Begitulah.”

?: “Di mana dia sekarang?!”

??: “Dia terjepit, lengannya terjepit tembok kapal. Sekarang dia tenggelam dan aku tak bisa mengeluarkannya.”

?: “Apa?! Bagaimana bisa?!”

??: “Dia jatuh ketika kapal ini tenggelam dalam posisi miring, badannya kejang-kejang kemudian dia berteriak kencang sampai telingaku sakit.”

?: “Baiklah, apa sekarang dia ada di bawah situ? Aku akan mengeluarkannya, jadi tolong bantu aku.”

??: “Baik, apa yang harus kulakukan.”

?: “Dorong kepalaku keluar dari jendela ini.”

 

            Wanita itu memasang wajah bengong mendengar perkataannya.

 

??: “Kau terjepit juga?”

?: “Tak usah dipermasalahkan, kau dorong saja kepalaku.”

            Wanita itu langsung menuruti perintah dan mencoba mendorongnya sekuat tenaga, dia juga berusaha mencungkil jendela dengan pisaunya yang patah. Tidak lama kemudian, jendela itu mulai memancarkan air sebagai tanda benda yang menyumbat jendela mulai lepas. Benda itu akhirnya terlepas dan air masuk ke dalam sangat cepat, kini air sudah mencapai ketinggian lehernya. Wanita itu menyelam sekali lagi dan melihat Francis yang sudah tidak bergerak lagi, seolah-olah sudah mati. Mendadak dinding tempat Francis terjepit bergetar, muncul semacam sinar laser yang membuat lubang di sekitar tubuh Francis. Ketika lubang sudah selesai dibuat, tembok tersebut jebol dan membuat seisi kapal tersedot keluar. Francis yang masih pingsan langsung tersadar, sementara wanita itu berpegangan sekuat tenaga agar tidak tersedot. Tapi karena arus yang terlalu kuat, pegangannya terlepas dan dia terlempar keluar. Dia mulai kehilangan kesadaran, sebelum pingsan dia melihat cahaya merah. Sesosok misterius muncul mendekatinya, matanya bersinar kekuningan.

 

 

            Di tepi pantai, Julio sang perompak duduk meringkuk sambil meratapi nasibnya. Sambil menggiti kuku jempolnya, dia melihat bulan yang bayangannya terlihat jelas di laut. Julio mengambil kerikil dan melemparnya ke laut, tepat pada bayangan bulan.

 

Julio: “(Idiota. Seharusnya aku tidak meninggalkan mereka.)”

 

Julio melempar kerikil lagi pada bayangan tersebut, namun hal aneh terjadi. Kerikil itu terlempar kembali tepat di ujung kakinya, Julio yang keheranan mengambil kerikil tersebut dan mengamatinya. Dia melemparnya kembali, kali ini ada suara seperti besi yang berdenting. Kerikil itu terlempar kembali dan tepat mengenai dada Julio, dia melihat sesuatu yang ganjil. Bayangan bulan di laut mendadak bersinar dengan warna kemerahan, bayangan itu sendiri terlihat bergerak. Sesuatu perlahan muncul dari dalam lautan perlahan-lahan, sosok seperti manusia tersebut berjalan keluar dari laut dan menuju pantai. Tubuhnya bersinar kemerahan, dia terlihat membawa seseorang dengan kedua tangannya. Sosok tersebut ternyata adalah Francis dengan baju tempur lengkap, orang yang dia bawa adalah sang wanita perompak. Julio yang melihat hal tersebut langsung berlari menghampiri mereka, dia melihat pimpinannya tidak sadarkan diri.

 

Julio: “Capitana!”

 

            Francis menyerahkan sang pimpinan pada Julio, dia langsung menerimanya dan membaringkannya ke tanah. Sementara Francis berusaha melepaskan helmnya, sesuatu jatuh di bagian belakang. Francis sudah berhasil melepas helmnya dan kembali berpenampilan seperti biasa, hanya jas dan kemejanya robek di bagian lengan sebelah kanan. Dia memandang ke belakang dan menghampiri benda aneh yang jatuh dari belakang tubuhnya. Benda itu diambil dan diangkat tepat di hadapan wajah Francis, ternyata itu adalah kepala robot Uchida.

 

Francis: “Apa yang terjadi dengan tubuhmu?”

Uchida: “Tekhnologi klon tubuh itu belum sempurna, terjadi pembusukan dalam waktu singkat. Untungnya aku sudah menyelaraskan hubungan mental tubuhku yang asli dan menghubungkannya dengan tubuh baruku, tanpa harus takut jika terjadi sesuatu.”

Francis: “Lalu mana sisa tubuhmu sekarang?”

Uchida: “Ada di hotel, sudah jadi debu. Kalau tubuh asliku kutinggalkan di rumah Max, aku langsung pergi ke tujuanmu begitu tahu apa yang terjadi.”

Francis: “Rumahnya itu jauh dari sini bukan? Dan kau hanya tinggal kepala, bagaimana kau pergi kemari?”

Uchida: “Ada sistem roket darurat di kepalaku, aku hanya bisa menggunakannya 3 kali. Tadi aku menggunakannya untuk pergi dari lab ke rumah Max, kemudian terbang kemari. Tubuhku yang asli ada di atas sana sekarang, aku harus segera kembali sebelum tubuhku tidak berfungsi.”

 

            Francis mendongak memperhatikan langit malam, dia melihat bintang-bintang yang bersinar. Tapi dia menyadari salah satu bintang yang sinarnya berbeda dengan yang lain, dia bolak-balik memandangi langit lalu wajah Uchida. Dia tersenyum dengan wajah jahat, Uchida langsung menyadari niatnya. Francis melempar kepala Uchida ke langit dengan kecepatan tinggi, membuat Uchida berteriak kencang

 

Uchida: “FRANCIIIIIIIISSS!!”

 

            Setelah kepala Uchida tidak terlihat lagi, Francis memandang ke arah di mana kapal tadi tenggelam. Banyak penumpang sudah diangkut oleh perahu penyelamat dan dibawa pergi oleh polisi, dia mengalihkan pandangannya pada Julio dan sang wanita. Dia baru saja sadar dan dibantu berdiri oleh Julio, namun dia masih sempoyongan. Dia kemudian melihat Francis, mereka berdua saling berpandangan cukup lama. Francis beranjak pergi, namun wanita itu berusaha memanggilnya. Dia langsung terjatuh karena masih lemas, Julio yang panik langsung memanggilnya.

 

Julio: (“Hei! Hei! Tunggu! Jangan pergi!”)

?: “Kau yang berambut merah... tunggu...”

 

            Francis langsung berhenti, Julio membantu kaptennya berdiri tapi dia mendorongnya. Dia berjalan maju perlahan-lahan, di tangan kanannya sudah ada pistol yang langsung ditodongkan pada Francis.

 

Julio: (“Itu pistolku, sejak kapan?”)

?: “Kau... siapa namamu?”

Francis: “Francis.”

?: “Aku berterima kasih karena kau sudah menolongku, tapi kau sudah melihat wajahku. Aku takkan biarkan kau pergi begitu saja.”

Francis: “Oh...”

 

            Francis berbalik dengan wajah seram, seolah-olah ingin membunuh. Sang wanita dan Julio merinding begitu melihatnya, Francis berjalan mendekati sang wanita. Ujung pistol dan wajah Francis sekarang berdekatan, sang wanita berkeringat saat dipandangi oleh Francis dengan tatapan tajam. Francis lalu mengambil sesuatu dari balik jasnya, sebuah tangan monster berada dalam genggamannya.

 

Wanita: “Itu...”

Francis: “Aku mengambilnya dari mutan yang keluar melarikan diri dari kapal itu, jadi... sepertinya kau tahu... apa yang ada di dalam sana.”

 

            Mendadak terdengar dering telepon, Francis berdecak dan segera mengambil sesuatu dari balik jasnya. Ternyata dering itu sendiri berasal dari kacamata yang dia keluarkan, dia langsung memakainya dan menjawab panggilan.

 

James: “Halo, masih dalam keadaan tubuh lengkap?”

Francis: “Aku masih punya tangan yang bisa mematahkan lehermu dengan sekali putar.”

James: “Oh, itu menakutkan. Aku bisa melihatmu dari sini, kau di pantai bukan? Sepertinya kau sudah mendapat teman.”

 

            James sendiri melihat dari kejauhan dengan teropong, menaiki speedboat yang dikendarai Roy. Selain mereka juga ada Megan dan Olivia, mereka semua menuju pantai. Francis mendesah panjang begitu melihat mereka semua, dia memandang lagi pada sang wanita.

 

Francis: “Aku takkan membunuhmu, kau punya pertanyaan begitu juga dengan diriku. Jadi apa yang akan kau lakukan setelah ini?”

 

 

            Di sebuah gua bawah laut, mutan berwajah ikan yang baru kabur dari kapal masuk ke dalam. Di dalamnya ternyata ada sebuah markas besar yang dijalankan beberapa absorber, mereka berdua disambut oleh seseorang. Orang itu adalah Braz, pemimpin dari proyek pembuatan terowongan yang saat ini mereka buat.

 

Braz: (“Selamat datang, semuanya. Terutama kau, Mendez.”)

 

            Di hadapan Braz, sudah ada Mendez yang memakai pakaian milik pembajak kapal dalam keadaan basah kuyup. Kepalanya berwujud manusia, tapi kaki dan tangannya seperti katak yang memiliki selaput di jari-jarinya. Di belakangnya ada mutan ikan yang jadi bawahannya, Braz memandangi mereka dan terlihat keheranan.

 

Braz: (“Aneh, mana prajuritmu yang satu lagi? Kau biasanya membawa mereka tanpa kurang satupun.”)

Mendez: (“Itu...”)

 

            Dari belakang Mendez, terdengar suara langkah kaki yang berat dan tetesan-tetesan air. Mendez dan para mutan langsung berbalik dan memberikan jalan pada orang di belakang mereka, dia terlihat sedang memakan sesuatu. Wujudnya tidak terlihat jelas, Braz sendiri terlihat senang melihat orang tersebut. Mendadak terdengar suara derap langkah kaki, Montes berlari dengan kencang ke arah orang tersebut. Orang itu langsung melempar makanannya dan ditangkap oleh Montes dengan mulut di kepalanya, makanan itu sendiri ternyata adalah sebuah kaki milik bawahan Mendez.

 

?: “(Sudah lama sekali ya, Braz, Montes.)”

Braz: “Kapitan!”

Kapitan: “(Maaf karena kedatanganku hari ini dipercepat, beberapa ular laut sudah membangunkanku.)”

Braz: “(Oh, perompak rendahan itu? Jadi mereka masih hidup.)”

Kapitan: “(Aku masih perlu istirahat, ini semua tanggung jawabmu. Kau mengerti, Mendez?)”

Mendez: “(Baik, Kapitan.)”

Braz: “(Kapitan, aku sudah menyiapkan ruanganmu. Kau tak perlu khawatir saat nanti kau bangun untuk menghadiri pesta.)”

 

            Kapitan dan Braz meninggalkan Mendes yang terlihat depresi, dia melihat Montes yang sedari tadi mengunyah-ngunyah kaki bawahannya. Salah satu bawahannya langsung berbisik, seketika itu juga raut wajahnya berubah.

 

Mendez: “(Apa itu betul?)”

Bawahan: “(Ya, dia yang melukai salah satu dari kita. Dia mirip dengan eksperimen M46N4...)”

Mendez: “...120K... (masih ada kesempatan...)”

 

 

            Sementara itu di suatu tempat terpencil, ada sebuah Villa yang terletak di atas sebuah bukit. Di sekitarnya dikelilingi perkebunan kopi yang dikelola oleh beberapa orang pekerja, bagian belakang Villa menghadap ke arah laut. Dari ruangan Villa tersebut, kota Acapulco bisa terlihat jelas dari kejauhan. Pemandangan itu sendiri sedang dinikmati oleh Uchida yang hanya kepala, saat ini sedang memulihkan diri dalam sebuah tabung kaca. Sementara tubuhnya menyedot makanan dan minuman dalam jumlah besar, Olivia baru saja masuk ruangan membawakan makanan. Suara tubuh Uchida yang menyedot makanan terdengar dari kamar sebelah, dalam ruangan itu ada Julio dan sang wanita pemimpin perompak duduk di kursi di depan meja makan. Di depan mereka, Francis dan James juga duduk di kursi memandangi mereka. Tapi James hanya memandangi sang wanita dengan pandangan menggoda, sang wanita hanya memalingkan wajah. Terdengar suara ketukan pintu, Megan masuk dan melihat keadaan di dalam. Dia menahan tawa saat melihat James, sebelah wajahnya terdapat bekas tamparan.

 

Megan: “Sepertinya kau menikmati sekali.”

James: “Apa salahnya? Aku sudah biasa ditampar wanita.”

Megan: “Yeah, yeah. Senorita, ada yang ingin bertemu denganmu.”

 

            Megan masuk sambil ditemani seorang anak lelaki dengan penampilan rapi, kemeja putih dan celana pendek. Warna rambutnya hitam, matanya coklat, dan warna kulitnya sama dengan Julio dan wanita tersebut. Sang wanita kaget begitu mereka bertemu, begitu juga dengan anak tersebut.

 

Wanita: “Martinez?!”

Martinez: “(Kak Amara?)”

 

            Anak lelaki itu memandang Megan, Megan mengangguk dan melepaskan anak itu. Dia berlari dan langsung memeluk wanita yang ternyata bernama Amara itu, James dan Megan saling memandang dan mengedipkan sebelah mata satu sama lain.

 

Amara: “(Kau tidak apa-apa? Kukira polisi sudah membawamu pergi.)”

Martinez: “(Tidak, aku dibius dan dibawa pergi waktu aku menjaga kapal. Waktu aku sadar, aku sudah ada di dalam mobil dengan kakak itu.)”

Megan: “Dia sempat menyerangku dengan pisau, untungnya Olivia berhasil melindungiku.”

Francis: “Seharusnya dia dibunuh saja.”

 

            Megan langsung mengeluarkan alat setrum dan menyerang dahi Francis, dia kejang-kejang sampai menendang meja dan membuat vas bunga kecil di atasnya jatuh dan pecah.

 

Francis: “Hei!”

Megan: “Kalau kau mengatakan sesuatu seperti bunuh atau siksa lagi, kusetrum bagian tubuhmu yang tak bisa kau bayangkan sakitnya.”

James: “Ah, mejanya jadi berantakan. Francis, kau duduk di beranda saja. Biar aku dan Megan yang tangani ini.”

 

            Terdengar ketukan pintu, Megan membukanya dan di depannya sudah ada Olivia membawakan makanan yang didorong dengan meja dorong dan ditutupi tudung saji. Dia mempersilakannya masuk, Olivia langsung memasukkan makanan ke dalam. Ketika dia melihat kondisi meja, dia langsung mengeluarkan lap, sapu kecil, ember kecil dan sebuah pengki kecil dari balik celemeknya. Dia langsung membereskan vas yang pecah, mengelap meja dan lantai yang basah, kemudian memeras airnya ke dalam ember. Bunga yang tadinya ada di vas lama, dimasukkan ke vas yang baru saja diganti dan diisi air. Setelah itu, dia meletakkan hidangan yang sudah disiapkan ke atas meja. Di atas sudah terdapat dua hidangan yang masih ditutup, James dan Megan sudah duduk di kursi masing-masing.

 

James: “Sebelum kita bicara, lebih baik kalian duduk dulu dan ikut makan bersama kami.”

Megan: “Kita takkan bisa membicarakan masalah ini kalau kalian lapar bukan?”

Julio: “(Apa katanya?)”

Amara: “(Dia mengajak kita untuk makan.)”

 

            Setelah dipersilahkan untuk duduk, Olivia membuka tudung. Asap keluar dari dalamnya, di depan mereka sudah ada dua hidangan yang menggugah selera. Satu piring berisi hidangan seperti lumpia yang digoreng, satunya lagi adalah masakan seperti kebab yang berisi daging dan sayur

 

James: “Jadi... di antara, burrito dan chimichanga... kalian lebih suka yang mana?”

 

            Julio langsung menelan ludah dan mencoba mengambil, tapi Amara menampar tangannya. James dan Megan saling memandang, setelah itu mereka memandang Martinez. Suara perutnya terdengar, James langsung mengambil inisiatif. Dia hendak mengambil makanan tersebut, namun mendadak Francis mengambil semua makanan dalam satu piring dan membawanya pergi ke beranda. Olivia langsung berjalan cepat dan mengambil kembali makanan yang dibawa Francis dan menyetrumnya dengan alat, makanan itu diletakkan kembali ke meja.

 

Megan: “Terima kasih, Olivia. Maaf atas yang barusan.”

 

            James dan Megan mengambil satu dari piring, James mengambil Chimichanga, Megan Burrito. Mereka berdua langsung menggigit dan mengunyahnya, mereka berdua terlihat menikmati sampai mereka menelannya.

 

James: “Hm, renyah.”

Megan: “Isinya nasi dan kacang, lumayan.”

 

            Francis memandangi 3 orang yang terlihat kelaparan itu dengan tatapan seram, Amara yang sempat meragukan masakan tersebut langsung menganggukkan kepala pada Julio dan Martinez. Julio dan Martinez langsung mengambil tanpa segan-segan, dengan lahapnya mereka makan hidangan tersebut. Tanpa disadari, Francis sudah ada di belakang Amara. Dia menyuguhkan sepiring Chimichanga di hadapannya, dia sendiri menyuguhkan sambil makan Buritto yang dia kunyah dan lahap bulat-bulat. Amara terdiam melihat bekas terbakar di dahinya karena disetrum, dia hanya menganggukkan kepala. Francis langsung beranjak pergi setelah dia mengambil satu chimichanga di atas meja, Amara memandanginya sambil makan.

 

 

            Beberapa saat kemudian, semua yang ada di dalam ruangan duduk saling berhadapan. Dengan suguhan minuman di atas meja, ada kopi dan teh. Olivia sendiri menuangkan teh untuk Megan dan James, kopi untuk Francis, Julio dan Amara, Martinez sedang minum susu dengan sedotan.

 

James: “Nah, karena kita sudah makan. Mari kita bicara, tapi sebelumnya mari kita perkenalkan diri. Aku James, ini adikku Megan, kalian sudah bertemu tentunya. Yang menyajikan kalian minuman tadi adalah Olivia, pelayan pribadi Megan.”

Megan: “Dia yang ambil perhiasanku di atas kapal.”

Amara: “Maaf, tapi aku tak bisa mengembalikannya.”

James: “Tapi kau masih punya yang lain kan? Jadi tidak masalah.”

Megan: “Benar, aku memaafkanmu.”

James: “Dan ini... adalah Francis, wajahnya memang tidak ramah tapi dia adalah pengawalku.”

Francis: “Hmph, kau bilang memperkenalkan diri tapi kau yang memperkenalkan kami.”

Megan: “Kami takkan melaporkan kalian ke polisi, tidak usah khawatir. Si, Martinez?”

 

            Martinez hanya menganggukkan kepala, James lalu menepuk dada kirinya. Terdengar suara mendenging yang tidak mengenakkan, setelah suara itu berhenti. James mulai berdeham, dia mulai berbicara dengan bahasa Spanyol.

 

James: “(Baiklah, apakah sudah dinyalakan? Sepertinya berhasil)”

Martinez: “(Dia berbicara bahasa kita.)”

James: “(Ini penemuan baru, masih dalam percobaan. Terkejut? Bagaimana dengan kau? Sedari tadi kau diam saja.)”

 

            Julio bengong dengan mulut menganga, menunjukkan gigi-giginya yang hitam. Semua melihatnya dengan perasaan jijik, terkecuali Francis.

 

James: “(Kau mungkin perlu tutup mulutmu sebelum ada lalat masuk ke situ.)”

 

            Julio langsung menutup mulutnya, sebagai gantinya matanya melotot. Membuat suasana menjadi canggung, Francis mengambil sesuatu yang terpasang di dinding dan melemparnya pada Julio hingga mengenai kepalanya. Francis mendongakkan kepalanya, memberinya isyarat untuk memakai apa yang dia lempar. Dia segera memakainya, suasana dalam ruangan berubah ceria. Megan dan Olivia berusaha menahan tawa, begitu juga Amara. Martinez sendiri tertawa terbahak-bahak, ternyata dia memakai topeng dengan wajah Teletubbies.

 

Julio: “(Namaku Julio.)”

Francis: “Jadi... Amara... bukan?”

 

            Suasana tenang kembali setelah Francis mulai bicara, Amara dan Francis mulai saling pandang. Dia kemudian menunduk dan mulai mengambil nafas panjang, setelah itu dia memasang wajah serius.

 

Amara: “Baiklah, aku akan menceritakan semuanya dari awal.”

Wednesday, August 12, 2020

Level 44

 

PHOBIA

 

            24 Oktober 2010, 21:00. Kapal Pesiar Deiguscorp, di Laut Pasifik Selatan dekat pantai Acapulco. Penyanderaan masih terjadi di atas kapal, sandera dijatuhkan ke laut dari kapal. Sementara itu Olivia berlindung di balik dinding dari berondongan senjata, mencari kesempatan untuk kabur. Perhatian Olivia mendadak teralihkan, dia melihat sesuatu yang mengejutkan. Kepala Roy mengintip dari balik anjungan, tak ada respon sama sekali dari mereka berdua selama beberapa detik. Roy beranjak sebentar, sesuatu dilemparkan ke Olivia beberapa detik kemudian. Olivia menangkapnya, ternyata itu sebuah ikat pinggang yang dilengkapi dengan pistol lengkap dengan sarungnya. Isi dalam sarung senjata itu diperiksa, ada semacam pistol yang  terlihat canggih walau ukurannya kecil. Setelah diamati dengan seksama, ada kenop di bagian belakang atas. Senjata itu digenggam dengan posisi jempol menyentuh kenop, sebuah garis bersinar muncul menghiasi pistol tersebut.

 

DIKONFIRMASI

OLIVIA CRANE

MULTIFUNGSI DIAKTIFKAN SEPENUHNYA

 

Olivia: “Multifungsi? Kuharap ini tidak meledak.”

 

KONFIRMASI SUARA DITERIMA

MODE GRANAT DIAKTIFKAN

 

Olivia: “Gra...?! Harus kuapakan ini?!”

 

            Olivia melihat Roy memperagakan dengan tangannya, tangannya mengepal dan jempolnya bergerak naik turun seperti mencubit. Olivia menekan kenop seperti yang diperagakan Roy, sesuatu keluar di bagian ujung dan meluncur ke atas. Olivia dan Roy melihat benda tersebut terbang cukup tinggi kemudian jatuh, benda itu jatuh tepat di tengah-tengah bajak laut yang sedang menembak. Salah satu bajak laut itu menyadari benda jatuh tersebut, dia melihat ke bawah di belakangnya. Dia melihat semacam koin dengan angka 5, namun angka itu mendadak berubah jadi hitungan mundur dari 4 3 2 1. Ledakan besar membuat para bajak laut itu terlempar ke segala arah, beberapa jatuh ke laut. Olivia dan Roy saling pandang, senjata itu dipandangi oleh Olivia yang mendadak tersenyum.

 

Olivia: “Coba kita lihat apa ada fungsi untuk melumpuhkan?”

 

KONFIRMASI SUARA DITERIMA

MODE PEMBIUS DIAKTIFKAN

 

            Olivia keluar dari persembunyiannya dan menembaki bajak laut yang tersisa, yang keluar dari pistol itu ada semacam bola kecil yang menempel di masing-masing tubuh mereka. Bola-bola itu mengeluarkan tegangan listrik yang membuat mereka kejang, salah satu tak sengaja menembak ke segala arah. Namun untungnya tidak ada yang kena, senjata mereka berjatuhan. Olivia langsung maju dan menendang senjata yang berjatuhan ke laut sebelum mereka mengambilnya, dipandanginya bajak laut itu dengan pandangan sinis.

 

Olivia: “Itu bukan pembius itu penyetrum.”

 

            James dan Megan naik ke atas kapal dengan tambang yang masih terkait, Roy sendiri menyusul naik. Ternyata dia sedari tadi melihat sambil duduk di atas bahu Francis. Dia diturunkan dengan kasar oleh Francis, tapi untungnya dia tidak terjatuh.

 

Roy: “Hei, hati-hati!”

Olivia: “Nona, syukurlah anda selamat.”

Megan: “Ya, aku tidak apa-apa. Yang terpenting sekarang kita harus menghubungi polisi dan menyelamatkan penumpang.”

James: “Wow, tidak ada yang bilang kalau pestanya akan seramai ini. Harusnya aku datang lebih awal.”

 

Ketika Francis naik ke kapal, dia melihat ke kanan dan kiri mencari sesuatu, dia langsung berjalan ke meja yang menyajikan makanan. Dia mengambil apapun makanan yang dia lihat dan langsung memakannya dengan lahap, James menyusul dan mengambil 2 gelas minuman di atas meja. James memberikan minuman tersebut pada Roy, mereka berdua langsung minum dan meneguknya dengan cepat.


Megan: “Setidaknya tolong bantu mereka dulu.”

James: “Kami belum makan malam sejak tadi, setidaknya sepotong sandwich cukup.”

Olivia: (melihat Francis) “Kurasa itu bukan Cuma sepotong.”

James: “Francis, jangan habiskan semua. Sisakan untuk kami setidaknya 2 atau 3 buah.”

 

 

            Sementara itu di dalam kapal, sang pemimpin bajak laut dan beberapa anak buahnya berada di depan sebuah pintu brankas yang besar bersama dengan sang kapten. Dia dilepaskan dan didorong ke depan, sang pemimpin mengambil senapan dari belakang punggungnya dan menodongkannya ke bagian belakang kepala Mendez.

 

?: “(Kapitan, kami tak punya banyak waktu. Buka pintu itu.)”

Mendez: “(Tapi di sini tak ada perhiasan ataupun uang.)”

?: “(Aku tahu.)”

 

            Mendez mencoba membuka pintu dengan menekan tombol di sebelah pintu, muncul semacam panel berisi angka. Dia memasukkan kode dengan menekan angka-angka pada panel, kemudian muncul semacam layar di balik panel tersebut. Tangan kanannya diletakkan pada layar, muncul garis bercahaya di layar yang bergerak dari atas ke bawah. Muncul tulisan ‘akses diterima’ dalam bahasa Spanyol. Pintu itu kemudian terbuka ke atas, mereka semua menunggu sampai pintu terbuka lebar.

 

?: “(Panggil Julio, tanyakan dia keadaan di atas.)”

 

            Sementara itu di kapal nelayan milik para bajak laut, mereka semua ada di atas kapal dalam kondisi terikat. Terdengar suara seseorang dari walkie talkie yang ada di ruang kemudi, memanggil-manggil Julio yang terikat dan tak sadarkan diri.

 

Bajak Laut: “(Julio, apa kau di sana? Jawablah, Julio.)”

 

            Julio tersadar saat mendengar suara tersebut, dia menemukan dirinya dalam keadaan terikat tambang dan mulutnya diplester. Dia melihat awak yang lain juga terikat, dia melihat dari jendela kapal pesiar tersebut sudah separuh tenggelam dan beberapa awak dan penumpang sedang diselamatkan  oleh Roy dan Olivia menggunakan speedboat. Terdengar suara sirine dari kejauhan, Julio mencoba untuk melepaskan dirinya begitu mendengar suara tersebut. Dengan sekuat tenaga dia memutuskan tambang itu memakai tubuhnya yang besar, plester di mulutnya dilepas kencang dan membuat mulutnya kesakitan. Tapi dia mencegah dirinya berteriak dengan menutup mulutnya rapat memakai tangan kanannya, dia mengendap-endap mengambil walkie talkie yang ada di ruangan pengemudi dengan tangan kiri.

 

Julio: “(Julio di sini.)”

Bajak Laut: “(Dari mana saja kau? Lama sekali, kau tidak sedang bercinta bukan?)”

Julio: “(Aku tadi mau melakukannya, tapi gagal. Ada yang melumpuhkan semua anggota kita, aku sekarang ada di kapal dan ada polisi pantai yang sedang menuju kemari!)”

Bajak Laut: “(Hei, jangan bercanda...)”

Julio: “(Kalau kau kira aku bohong, dengar ini!)”

 

            Julio menjulurkan tangannya yang memegang walkie talkie keluar jendela, terdengar suara sirine yang kecil dan lama kelamaan mengeras. Mendengar hal tersebut, sang pemimpin memberi perintah dengan anggukan. Beberapa anak buahnya langsung pergi, sementara sisanya mengawal sang pemimpin masuk ke dalam ruangan. Mendez menyalakan lampu ruangan dengan menekan saklar di dinding, isi dalam ruangan itu terlihat jelas. Ada banyak tempat tidur berjejer, ada pria dan wanita berbaring di masing-masing tempat tidur hanya diselimuti selembar kain dan tidak memakai baju. Di mulut mereka terpasang regulator yang terhubung dengan sebuah tabung, ada pengukur detak jantung yang terhubung dengan kabel di dada dan kepala mereka.

 

?: “(Cari dia, salah satu pasti di antara mereka.)”

 

            Mereka mulai memeriksa setiap ranjang, sang pemimpin mengamati sekelilingnya. Dia melihat sebuah tabung kaca berisi cairan hijau dan pria yang tertidur di dalamnya, wajahnya tak terlihat jelas karena memakai semacam helm.

 

?: “(Keluarkan dia.)”

Mendez: “(Aku takkan melakukan itu jika jadi kau, dia akan mati jika kau keluarkan dia dari tabung.)”

?: “(Kalau begitu kau keluarkan dia.)”

Mendez: “(Itu bukan keahlianku.)”

?: “(Kalau begitu panggil orang yang ahli.)”

 

            Sang wanita menodongkan senjatanya masuk ke mulut Mendez, mata Mendez melirik ke tabung. Salah satu dari jari pria dalam tabung bergerak sedikit, mendadak denyut jantung orang-orang yang tertidur di ranjang meningkat sedikit. Tapi tak ada yang mempedulikan, salah satu perompak melapor pada sang wanita.

 

Perompak: “(Dia tidak ada di antara mereka.)”

?: “(Dia belum diperiksa bukan?)”

 

            Sang wanita menunjuk pria dalam tabung, Mendez mencoba untuk bicara dengan bahasa isyarat. Dia menganggukkan kepala dan menunjuk-nunjuk tabung, wanita itu mengeluarkan senjatanya dari mulut Mendez.

 

Mendez: “(Kalau kau ingin mengeluarkan dia dari sana, tidak perlu repot-repot.)”
?: “(Kenapa?)”

Mendez: “(Karena dia sendiri bisa keluar dari sana.)”

 

            Mendadak salah satu dari jari kaki seorang wanita yang ada di ranjang bergerak sedikit, salah satu perompak menyadari hal tersebut. Beberapa orang di ranjang juga mengalami hal yang sama, jari-jari mereka mulai bergerak. Ada yang membuka mulutnya sedikit Mesin menunjukkan denyut jantung semua orang di ranjang meningkat sedikit demi sedikit, perompak itu mencoba mengamati wajah wanita itu dari dekat. Ketika wajah mereka hampir bersentuhan, mendadak perompak itu merasakan sesuatu di dadanya. Dia ditusuk dengan tangan kosong tembus sampai punggungnya, wanita itu membuka matanya lebar-lebar. Bola matanya seperti bola mata kucing, dengan pupil yang tipis tapi berwarna kemerahan. Wanita itu melempar sang perompak dan hampir mengenai Mendez dan sang pemimpin, mereka berdua menghindar. Sang pemimpin melihat anak buahnya yang terluka parah dan mencoba menggapai, tangannya jatuh dan akhirnya dia tewas. Melihat hal tersebut, pemimpin perompak itu menodongkan senjatanya pada sang wanita dengan marah. Namun apa yang didapati dia selanjutnya adalah kejadian yang mengerikan, orang-orang yang terbangun dari ranjang langsung membantai seluruh anak buahnya. Ada yang digigit, dicabik anggota badannya sampai lepas dan dipukul sampai lumat. Senjata yang dia pegang mendadak diambil oleh Mendez dan dihancurkan dengan tangan kosong, membuat sang wanita terkejut dan jatuh terduduk.

 

Mendez: “(Senorita, kau tidak pantas untuk memegang senjata.)”

 

            Tabung kaca tempat pria berhelm itu mendadak bergetar, cairan dalam tabung berubah merah. Kepala pria itu mendadak mendongak dan dia langsung meninju tabung itu sampai pecah, cairan dalam tabung tumpah membanjiri ruangan. Pria itu keluar dari tabung, menginjak kepala mayat di depannya sampai hancur. Dia memandangi seisi ruangan, semua orang kecuali si wanita bajak laut menundukkan kepala mereka dan melakukan salam khas. Memukul dada sebelah kiri dengan tangan kanan kemudian menyilangkan dua tangan di depan dada, pria itu kemudian mengangkat mayat yang kepalanya dia injak dan mengambil pakaiannya. Setelah dia memakai pakaian, helm tersebut dia lepas. Wajahnya tidak begitu kelihatan, dia melihat sang wanita kemudian menghampiri Mendez.

 

??: “(Jelaskan.)”

 

 

            Sementara di luar kapal, para penumpang dan awak sudah diselamatkan oleh petugas perairan. Kapal pesiar itu sendiri sudah separuh tenggelam, James, Roy, Francis, Megan dan Olivia sudah berada di atas speedboat. James sendiri sedang menelpon dengan HP-nya, dia menelepon kamar hotel tempat Uchida saat ini berada. Telpon itu diangkat oleh sebuah tangan yang kurus sampai kelihatan tulang, dengan lemahnya telpon itu dijawab oleh suara yang terdengar serak.

 

James: “Halo, kuharap kau tak kesepian di sana. Pestanya sudah selesai dan kami akan segera kembali ke hotel.”

Uchida: “Mengenai itu... kenapa kalian tidak berkeliling saja dulu... aku tidak masalah sendirian...”

James: “Humpty Dumpty? Ada apa dengan suaramu?”

Uchida: “Tidak apa-apa, mungkin hanya gangguan dari telepon.”

James: “Kau yakin kau tidak apa-apa?”

Uchida: “Aku yakin... apa kau bawa sesuatu untuk dibawa pulang?”

James: “Ah, kau benar. Aku sebenarnya ingin membawa oleh-oleh, tapi sayangnya ada sedikit masalah di pesta. Kalau begitu kau tunggu saja sebentar lagi, aku akan membawakan sesuatu.”

Uchida: “Terima kasih... akan kutunggu...”

 

            Tangan kurus itu menutup telpon, tapi tangan itu mendadak menjadi serpihan dan tinggal tersisa tulang.

 

Uchida: “...untuk waktu yang lama...”

 

 

            Di dalam kapal, di ruangan tempat wanita pemimpin bajak laut itu berada. Dia dalam kondisi tak sadarkan diri, berbaring dan terikat rantai di atas ranjang. Posisinya sendiri terbalik karena kapal yang tenggelam, mendadak seseorang muncul memasuki ruangan dari atas dan mendarat di dinding kapal. Dia melihat sekeliling dan pandangannya langsung terarah pada wanita itu, rantai yang mengikatnya langsung diputuskan dengan tangan kosong. Sang wanita perompak itu sendiri sedang bermimpi buruk dengan melihat dirinya berhadapan dengan sosok berhelm yang mengejarnya, dari langit turun hujan darah disertai dengan potongan-potongan tubuh manusia. Pria berhelm itu melangkah maju, namun tubuhnya makin lama makin besar setiap kali dia melangkah. Wanita itu mencoba kabur, tapi dia ditangkap oleh tangan raksasa sang pria. Saking paniknya, wanita itu berontak mencoba melepaskan diri. Dalam tidurnya dia juga berontak hingga menendang dan memukuli penyelamatnya, dia jatuh dan akhirnya tersadar. Kepalanya terasa pusing, dia bangkit terhuyung-huyung dan samar-samar melihat seseorang di depannya. Wanita itu mendadak memukulnya di wajah, namun dia terlalu lemah dan pukulannya tidak berpengaruh apa-apa. Wajah orang di depannya kini terlihat jelas, ternyata dia adalah Francis. Di pipi kirinya menempel tinju dari wanita tersebut, Francis sama sekali tidak bergerak dan memandangi wanita itu dengan sorot mata yang tajam. Dia menurunkan dan menjauhkan tangan wanita tersebut dari wajahnya, mengacuhkan sang wanita dan melihat sekelilingnya. Dia memandangi cairan merah yang membasahi ruangan, setelah itu membungkuk dan mengusap cairan tersebut. Dia mengamati cairan kemerahan yang ada di tangannya, menggosok-gosok dengan jarinya.


?: “(Kau siapa?)”

 

            Flashback setelah kejadian saat James menelepon Uchida, Francis sedang mengamati kapal yang tenggelam. Dia melihat beberapa anggota dari bajak laut itu muncul dari dalam laut, ternyata mereka keluar dari kapal secara sembunyi-sembunyi melewati sebuah jendela kecil yang terendam air. Tanpa pikir panjang, Francis terjun ke dalam laut dan menyelam. Dia langsung berenang dengan kecepatan abnormal dan menangkap salah satu dari mereka, Francis sedikit kaget saat melihat siapa yang dia tangkap. Sesosok makhluk berwajah ikan mengenakan pakaian dari bajak laut itu, makhluk itu menyemburkan gelembung pada Francis. Namun itu tak membuatnya bergeming, justru membuatnya mematahkan tangan makhluk yang dia pegang. Makhluk itu akhirnya lolos dengan kondisi terluka dan kehilangan satu tangan. Francis mencoba mengejar, tapi dia menyadari ada sesuatu di dalam kapal. Tanpa pikir panjang dia masuk ke dalam kapal, melalui jendela yang dipakai bajak laut itu kabur. Di dalamnya, air belum begitu banyak membanjiri ruangan. Dia mulai memanjat bagian dalam kapal yang tegak berdiri, hingga pada akhirnya menemukan sang wanita.

 

            Sementara di luar kapal, James, Olivia, Megan dan Roy masih menunggu. Para polisi sudah menangkap bajak laut yang dilumpuhkan, terkecuali Julio yang sudah kabur dengan berenang sampai ke pantai. Dia berjalan sempoyongan dan ambruk, kemudian dia berbaring sambil bernafas terengah-engah. Wajahnya terlihat sangat ketakutan, di pikirannya terngiang-ngiang suara teriakan dari rekan-rekannya yang dibantai lewat walkie talkie.

 

Julio: “Kenapa aku jadi pengecut seperti ini...”

 

            Kembali ke dalam kapal, Francis sedang berusaha memanjat keluar ruangan kapal, saat ini dia berada di sebuah dapur. Di pinggangnya terikat sebuah tali yang panjang, tali tersebut digunakan untuk memanjat oleh sang wanita perompak. Francis mulai memanjat lagi, tapi mendadak bajunya ditarik.

 

?: “(Tunggu!)”


            Francis berhenti dan menoleh pada sang wanita yang terlihat lelah, dia terduduk di lantai.

 

?: “(Biarkan aku istirahat sejenak, kau paham maksudku?)”

 

            Mendadak Francis mengangkat tinggi sang wanita, mereka berdua saling berpandangan. Dirinya kemudian dipanggul Francis dengan posisi wajah di belakang dan pinggang di depannya, dia kemudian meloncat sekuat tenaga sampai ke ruangan berikut. Kedua tangan Francis memegang pintu yang terbuka, dia menggunakan satu tangannya untuk mengangkat sang wanita dan mendorongnya ke atas. Sang wanita mendarat jatuh dengan pantat terlebih dulu, menyusul Francis yang melompat naik.

 

?: “(Aduh! Bisakah kau lakukan pelan-pelan?! Idiota!)

 

            Kapal mendadak bergetar, seisi ruangan mendadak jungkir balik. Francis dan sang wanita berpegangan pada pipa yang ada di dinding, namun pegangan Francis terlalu kuat sehingga pipa yang dia pegang patah. Dia jatuh menghantam dinding sampai dindingnya penyok, tangan kanannya menembus tembok. Di satu sisi sang wanita masih bergelantungan di pipa, mendadak terdengar suara pintu tertutup dari dua arah. Dari jendela terlihat air yang menutupi bagian luar, ternyata kapal itu sendiri tenggelam dengan cepat. James dan penumpang yang telah diselamatkan melihat bagian depan kapal meledak dan membuat bagian belakang tenggelam tanpa mereka sadari, kejadian itu sendiri dilihat oleh Mendez yang berada di antara kerumunan penumpang. Sementara di dalam bagian kapal yang tenggelam, air mulai masuk membanjiri ruangan tempat Francis dan sang wanita berada. Sang wanita berayun dari satu pipa ke pipa lainnya dan turun ke bawah menghampiri Francis, dia melihat dinding yang penyok karena benturan badan Francis. Air dalam ruangan sudah sebatas mata kaki sang wanita, dia menggoyang-goyang badan Francis.

 

?: “(Bangun, kita harus cepat keluar! Kapal ini sudah tenggelam!)”

 

            Namun Francis tidak menanggapi, sang wanita menyadari kondisi Francis yang aneh. Raut wajahnya menunjukkan rasa takut, bibir dan giginya menggigil, matanya bergerak ke sana kemari. Sang wanita mencoba mengangkat tubuhnya, tapi badan robotnya terlalu berat. Sang wanita memasukkan kepalanya sendiri ke dalam air, dia melihat tangan Francis yang tersangkut di tembok. Wanita tersebut mengeluarkan kepalanya dari air, ketinggian air dalam ruangan semakin meninggi. Air di wajah Francis sudah mulai masuk ke hidung dan mulutnya, sebuah ingatan lama mendadak muncul dari pikirannya. Dia melihat sebuah ruangan gelap dan air yang turun dari atas membanjiri ruangan dari pandangannya, ketinggian air tersebut sudah sampai lehernya. Dia memukuli dinding dan berteriak-teriak, sampai akhirnya air sudah memenuhi ruangan dan membuatnya tenggelam. Dia meronta-ronta di dalam air, mencoba berenang sampai ke langit-langit. Namun dia sendiri mulai kesulitan bernafas sebelum tangannya sempat menyentuh langit-langit, pada akhirnya dia tenggelam. Francis kembali ke dunia nyata, mendadak dia berteriak kencang sampai membuat sang wanita menutup telinga.

 

Francis: “AAAAAAAAAAAARGGGGH!!!”

Wednesday, May 29, 2019

Level 43


BERLAYAR

            24 Oktober 2010, 19:00. Di sebuah hotel di Acapulco, ruangan 725. Francis dan James sedang bermain video game, mereka memainkan game balapan mobil. Francis memainkan dengan wajah serius, James sendiri tampak berusaha keras karena terpojok. Uchida sedang duduk di depan laptop, meneliti tentang sesuatu. Mendadak dia menerima email, isinya langsung dibuka tanpa ragu. Pengirimnya adalah 5T1G, dengan subyek ‘tambang’. Ada sebuah file dengan nama yang sama seperti subyek, dia membaca catatan kecil yang menyertai. ‘Putrimu minta oleh-oleh sebagai gantinya’, Uchida menundukkan kepalanya.

Uchida: “(Bisa-bisanya dia sempat meminta hal semacam itu.)”
James: “Argh! Aku kalah lagi!”

            James jatuh terbaring di atas kasur, dia baru saja dikalahkan Francis di video game. Uchida membuka file tanpa menghiraukan mereka, isinya adalah denah yang sama seperti dikirim oleh Sturgess. Namun isinya sedikit berubah dengan beberapa ruangan ditandai, dia melihat sebuah ruangan yang dilingkari dengan tulisan ‘Yang harus dikunjungi’. Kemudian dia melihat dua ruangan yang juga dilingkari dengan tulisan ‘yang harus dihancurkan’ dan ‘yang harus dibawa pulang’, dia memperbesar ruangan dengan tulisan ‘yang harus dikunjungi’. Tanpa disadari, Francis dan James melihat apa yang dilihat Uchida dari belakang. Isi ruangan itu adalah semacam ruangan komputer yang cukup besar dengan banyak layar monitor dan CPU terpasang di dalamnya, ada sebuah catatan bertuliskan ‘perlu password, mustahil untuk dihack’.

James: “Mustahil? Kurasa aku bisa melakukannya.”
Uchida: “Tidak bisakah kau minta izin dulu?”
James: “Apa salahnya? Aku sudah terlibat.”
Francis: “Aku mau ke bagian ‘yang harus dihancurkan’ itu.”
Uchida: “Tidak semudah itu, kita belum tahu pasti tempatnya.”
Francis: “Kalau begitu cepat cari, aku tak mau berlama-lama di sini.”

            Francis menuju ke beranda, mengamati pemandangan kota di malam hari. James menawarkan sekaleng cola yang sudah dibuka pada Uchida, dia pun menerimanya.

Uchida: “Terima kasih, kau yakin tidak pergi ke acara itu?”
James: “Terlalu membosankan, di sana hanya tempat orang-orang yang mementingkan status sosial mereka. Kalaupun aku ke sana, mereka pasti akan langsung menghampiriku untuk keuntungan mereka sendiri.”
Uchida: “Ah, karena pengaruh dari kejayaan perusahaan milik ayahmu.”
James: “Aku bukannya membenci ayahku, aku sudah paham seperti apa situasiku saat aku lahir sebagai anak pemilik perusahaan besar. Orang tua kami mungkin jarang menghabiskan waktu luang karena pekerjaan mereka, tapi bukan berarti mereka tidak menyayangi kami.”
Uchida: “Tapi kau sendiri sudah memiliki banyak teman, benar begitu?”
James: “Tentu saja, itu termasuk dengan kalian. Kami tidak dilarang untuk berteman dengan orang yang statusnya jauh lebih rendah dari kami, walaupun orang itu gelandangan.”

            Uchida menyodorkan kaleng pada James sambil memeriksa file yang ada di laptop, James bersulang dengan mengangkat dan membenturkan kaleng yang sedang dia pegang pada kaleng Uchida. Mereka langsung minum bersama-sama, suara bel pintu terdengar tak lama kemudian. James melihat dari lubang kecil di pintu, dia melihat Roy yang terlihat kesal ada di depan pintu. James mendesah dan membuka pintu, namun dia tak menunjukkan dirinya di hadapan Roy tapi bersembunyi di balik pintu.

Roy: “Sembunyi di balik pintu percuma saja, James.”
James: “Masuk saja.”
Roy: “Tidak, aku tak punya banyak waktu. Aku...”
James: “Jangan dilanjutkan, aku tahu kau mau apa. Orang tuaku atau mungkin adikku menyuruhmu ke sini untuk membujukku pergi ke pesta yang diadakan malam ini, karena di pesta itu banyak tokoh-tokoh yang menurutmu penting untuk ditemui. Dengan mengirim adikku sendiri pergi ke pesta tersebut, aku mengira bahwa itu sudah cukup. Namun karena undangan yang diberikan hanya berlaku untuk kami berdua atau orang tua kami, aku diwajibkan untuk ikut. Sekarang adikku sedang menunggu kehadiranku di luar bersama Olivia, sementara kau datang membawakanku pakaian formal untuk menghadiri pesta tersebut.”

            Roy yang hanya diam mendengarkan pembicaraan panjang yang dikatakan James mengedipkan mata berkali-kali, dahinya mengernyit dan mulutnya terbuka sedikit. James keluar dari balik pintu dan mengambil pakaian yang dibawakan Roy, dia menukarnya dengan kaleng cola yang baru dia minum.

James: “Katakan padanya, beri aku setengah jam untuk bersiap. Jika kau siapkan satu baju lagi untuk Francis, aku akan datang dalam 15 menit.”

James menutup pintu, meninggalkan Roy sendirian dalam kondisi melongo. Dia kemudian minum dari kaleng yang diberikan James, mendadak dia tersadar dari lamunannya dan berteriak keras.

Roy: “APA?!”

            Kejadian itu sontak membuat petugas kebersihan yang lewat kaget, beberapa orang keluar dari kamar karena terkejut. Roy langsung memberikan kaleng yang dia berikan pada petugas kebersihan dalam keadaan panik, dia langsung pergi meninggalkan tempat.


            Di tengah Laut Pasifik Selatan, tidak jauh dari pantai di Acapulco. Ada sebuah kapal pesiar yang cukup megah, di dalamnya tengah diadakan sebuah pesta. Banyak orang-orang berdansa dengan diiringi irama musik mariachi, beberapa di antaranya sedang berbincang-bincang dan menikmati santapan. Sementara itu Megan dan Olivia sedang duduk di beranda kapal sambil menikmati pemandangan laut yang diterangi sinar bulan, beberapa pria baru saja pergi meninggalkan mereka dengan wajah kecewa.

Olivia: “Itu sudah pria ke 30 yang anda tolak ajakannya untuk berdansa.”
Megan: “Mereka kutolak karena mereka bukan tipeku, tapi kau sendiri juga diajak oleh beberapa dari mereka bukan?”
Olivia: “Aku tak pantas berdansa dengan mereka.”
Megan: “Tak perlu merendah, kau sendiri punya kualitas sebagai wanita sampai 10 pria yang sudah menghampirimu malam ini.”
Olivia: “Daripada itu Nona Megan, Tuan James sebentar lagi akan datang.”
Megan: “Aku tak peduli dia akan datang atau tidak.”
Olivia: “Mungkin lebih baik anda perlu makan terlebih dahulu, anda belum makan sejak siang tadi bukan?”
Megan: “Aku sudah mengambil makanan.”

            Olivia melihat, sebuah piring kecil di meja makan, ada bekas krim dan remah-remah di atasnya. Olivia kemudian memandangi Megan dengan tatapan seram yang membuatnya merinding, dia mencolek krim yang ada di piring dan menjilatnya.

Olivia: “Makanan apa yang anda ambil, Nona Megan?”
Megan: “Ha... hanya... Enchilada...”
Olivia: “Enchilada tidak terbuat dari krim, anda tidak mengambil cake yang ada di meja pojok itu bukan?”
Megan: “Aku... hanya makan 1.”
Olivia: “Nona Megan, saya paham keinginan anda mengenai makanan manis. Tapi sekedar mengingatkan bahwa hari ini ada dalam jadwal di mana anda menjalani diet.”
Megan: “Tapi... tapi...”

            Megan berbalik menghadapi Olivia dengan mata berbinar-binar, di bibirnya ada sedikit krim menempel. Olivia memandang dengan menyipitkan mata, dia mendesah dan mulai merogoh sesuatu dari balik celemeknya. Sebuah saputangan merah muda dengan motif mawar dikeluarkan dari dalamnya, dia tersenyum membersihkan krim di bibir Megan dengan saputangan tersebut.

Olivia: “Sepertinya aku harus lebih mengawasi anda.”
Megan: “Ahaha, maaf.”
?: “(Menikmati hidangannya, senorita?)”

            Megan dan Olivia disapa dengan bahasa Spanyol dan di hampiri oleh seorang pria berperawakan tegap, rambut keriting, berkumis tipis, mengenakan tuxedo dan membawa sebuah topi di tangan kanannya.

Olivia: “(Kapitan Mendez, terima kasih karena sudah mengizinkan kami untuk menaiki kapal anda dan mengundang kami ke pesta ini. Walau sebenarnya Tuan James mungkin tidak bisa datang.)”
Megan: “Tidak masalah bukan? Undangan yang kudapat mengizinkan dua orang untuk naik, jadi James tak diperlukan.”
Olivia: “Mohon maaf, tapi dua orang itu adalah orang tua atau anda dan Tuan James sebagai perwakilan.”
Mendez: “Hahahaha, benar sekali yang dikatakan Nona Olivia. Sungguh suatu kehormatan besar jika kalian bersaudara ada di atas kapalku sambil menikmati perjalanan ini, ayah kalian dulunya adalah sponsor terbesar perusahaan pelayaran milik kami. Apa yang akan kukatakan padanya jika dia tahu bahwa salah satu dari anak mereka tidak bisa naik hanya karena kekurangan orang.”
Megan: “Ternyata bisa berbahasa Inggris, anda terlalu berlebihan.”
Mendez: “Lagipula ini hanya pesta perpisahan dengan perusahaan kalian, sekaligus untuk merayakan kontrak kerja kami dengan perusahaan yang baru. Perayaan sebenarnya akan dimulai di daratan, tepatnya di gedung cabang perusahaan yang kau bisa lihat dari kejauhan.”
Megan: “Jadi peresmian gedung terbaru itu benar-benar akan terjadi? Cabang terbaru Deiguscorp?”
Mendez: “Si, senorita.” (Benar, nona.)

            Sementara itu ada sebuah speed boat bergerak menuju kapal pesiar di kejauhan, di speed boat itu ada Roy yang mengemudi, Francis dan James. Kapal pesiar itu sendiri terlihat dari samping di kejauhan, di bagian samping kapal ada sebuah logo perusahaan ‘Deiguscorp’. Francis duduk di belakang dengan pakaian bodyguard dalam keadaan tertidur, wajahnya ditutupi sapu tangan. James memandanginya kemudian pandangannya beralih menuju ke kapal, wajahnya terlihat kecewa.

James: “Semoga dia tak ada di sana.”
Roy: “Jangan bicara ngawur, adikmu sudah jelas ada di sana.”
James: “Bukan dia.”

            Roy terdiam sejenak, dia menyadari sesuatu dan memasang wajah tersenyum yang membuat James kesal.

Roy: “Hohoho, jadi kau masih ingat dengan dia?”
James: “Diam saja.”
Roy: “Mau bagaimana lagi, kalian sudah lama menjadi teman. Tunggu, salah. Apa namanya? Tunangan.”
James: “Aku takkan pernah setuju dengan hal semacam itu, apa enaknya menjalin hubungan kalau kami sendiri... tidak pernah ada cinta.”
Roy: “James Archibald Yorgins yang suka merayu wanita tapi tak pernah mencintai mereka, kau tak berhak bicara begitu.”
James: “Jangan bicara seolah-olah aku perlakukan para wanita layaknya PSK.”
Roy: “Aku tidak bilang begitu, tapi kalian sudah sering bertemu bukan? Walau tidak secara langsung, dia selalu menelepon ke mansion untuk menanyakanmu. Berkunjung ke kantor untuk menemuimu, bahkan baru-baru ini dia pergi bersama orang tuanya untuk menemui ayahmu.”
James: “Itu namanya mengganggu privasi orang lain, dan itu semua gara-gara dirimu.”
Roy: “Aku? Aku hanya menunjukkan keberadaanmu saja.”
James: “Dan berkat itu, aku sering mengganti nomor teleponku untuk menghindari dia. Kabur dari lokasi sebelum dia datang, sampai memberi tahunya tempat tujuan palsu. Dia sungguh... menyebalkan, aku tak melihat seorang wanita yang jatuh cinta padaku tapi seorang yang suka menyiksa orang untuk kepentingan pribadinya.”
Francis: “Maksudmu memperbudak?”
James: “Mungkin kau bisa sebut begitu, sebisa mungkin kau harus melindungiku dari siapapun yang datang padaku.”
Francis: “Boleh kubunuh mereka?”
James dan Roy: “Tidak.”

            Kembali ke kapal pesiar, di sisi berlawanan dari tempat James dan yang lain. Di permukaan laut, ada sekelompok penyelam mendekati kapal tanpa disadari para penumpang yang ada di atas. Mereka menyelam ke bawah lambung kapal, salah satu dari mereka memasang semacam bom dengan timer tepat di bawah. Ada sebuah kapal nelayan kecil tidak jauh dari kapal pesiar tersebut, awak kapal yang melihat dengan teropong langsung memberikan peringatan lewat megaphone.

Awak Kapal: (“Kepada kapal nelayan yang saat ini ada di depan kami, mohon pindahkan kapal anda ke tempat lain. Kapal anda menghalangi laju kapal kami, sekali lagi kami ulangi. Pindahkan kapal anda agar tidak terjadi tabrakan, kami tak mau anda mengalami kecelakaan dan tenggelam.”)

            Seseorang keluar dari kapal nelayan tersebut, para awak kapal melihat seorang pria bertelanjang dada dan bertato di lengan kirinya mengangkat sesuatu tinggi-tinggi dengan satu tangan. Awak kapal melihat dengan teropong, benda yang dipegang pria itu adalah semacam remot dengan lampu merah yang berkedip dan sebuah kenop. Pria itu tersenyum dan memutar kenop tersebut, para penyelam di bawah kapal muncul ke permukaan di saat bersamaan. Terjadi sebuah ledakan di bawah kapal yang membuat kapal berguncang, para penumpang mulai panik. Para penyelam mengeluarkan senapan dan menembakkan sebuah kait yang disertai dengan tali, kait itu menancap di badan kapal. Para penyelam langsung memanjat kapal tersebut, beberapa penumpang yang ikut serta dalam pelayaran membantu penyelam tersebut naik. Ternyata mereka berkomplot dengan para penyelam itu, salah seorang penyelam memberikan mereka tas. Mereka langsung membukanya dan mengambil senjata seperti senapan mesin, granat dan shotgun di dalamnya, awak kapal yang mencoba menghentikan mereka ditembaki. Bahkan penumpang yang mencoba untuk kabur dengan melompat dari kapal tak luput menjadi korban, Megan dan Olivia tetap diam di tempat mereka. Saat seseorang menodongkan senapan ke wajah Megan, Olivia langsung menendang senapan itu ke atas. Senapan yang jatuh itu ditangkap Olivia, dia menodongkannya kembali ke wajah si penodong. Beberapa pria bersenjata menodongkan senjata mereka pada Olivia sambil diteriaki dengan bahasa Spanyol, Olivia sendiri sudah bersiap untuk menembakkan senjatanya pada orang yang ditodongnya. Mendadak terdengar suara teriakan keras yang membuat nyali para orang bersenjata itu ciut, seorang pria berbadan besar baru saja naik ke kapal. Langkah kakinya membuat lantai kapal bergetar, dia bersenjatakan sebuah pistol bertombak. Olivia tidak bergeming sedikitpun ketika pria itu menghampirinya, sang pria berhenti dan memandang Olivia, Megan, dan anak buahnya yang ditodong. Dia meludah ke anak buahnya yang sedang ditodong,

?: “(Memalukan, kau sampai ditaklukkan oleh seorang wanita.)”

            Pria besar itu mengambil paksa shotgun yang dipegang Olivia dan menyerahkannya kembali ke anak buahnya. Pria besar itu menunduk melihat Olivia, lalu Megan yang berdiri di belakangnya. Sang pria tersenyum menunjukkan giginya yang hitam, Megan jijik saat melihatnya. Olivia langsung menutupi mata Megan dengan tangannya, dua orang kemudian datang membawa Mendez ke hadapan sang pria besar.

Penyelam: “(Kami sudah menangkap kaptennya!)”

            Sang pria besar berbalik, dia menegakkan kursi yang jatuh dan mendudukinya. Anak buahnya menawarkan sebotol minuman, dibukanya tutup botol itu dengan jempolnya. Dia meneguk minuman tersebut sampai habis dan melemparkan botolnya ke kepala seseorang yang sedang disandera, wajah Mendez dan pria itu saling berhadapan.

?: “(Kau kenal aku?)”
Mendez: “(Kau pemimpin bajak laut Alerta de Muerte.)”
?: “(Terima kasih, karena kau sudah menyebutku sebagai pemimpin. Tapi kau salah di beberapa hal. Yang benar adalah Alerta de Ladron, pemimpinnya ada di belakangmu.)”

            Penyelam itu membuka masker dan kacamata renangnya, di baliknya terdapat wajah yang mengejutkan. Rambut panjang hitam bergelombang, kulit kecoklatan, dan wajah yang feminim.

Mendez: (“Wanita.”)

            Wanita itu memukul wajah Mendez sampai tersungkur dengan shotgun, dia langsung diikat kedua tangannya dari belakang oleh komplotan lainnya. Korban yang lain juga ikut diikat, baik yang terluka atau tidak. Wanita itu memandangi Olivia dan Megan, dia memberi isyarat pada anak buahnya untuk menangkap mereka dan membawanya ke hadapannya. Saat mereka saling berhadapan, dia melihat kalung berkilauan yang dipakai oleh Megan dan merampasnya.

?: “Kuharap kau tak keberatan kalau ini kuambil. Julio!”

            Sang pria besar menghampiri wanita tersebut, dia memberi isyarat dengan menggerakkan kepalanya ke belakang. Seluruh penumpang dikumpulkan di pinggir kapal, mereka semua dalam keadaan ditodong. Beberapa awak kapal dan sang kapten, Mendez, dibawa masuk ke dalam kapal.

Julio: “(Bos, aku boleh minta si pirang itu? Sayang sekali kalau dia meloncat ke laut.)”
?: “(Kita di sini untuk muatannya, bukan untuk memenuhi keinginan seksualmu. Setelah kita mendapatkan apa yang kita dapat, kau bisa bawa berapa banyak wanita di bar nanti.)”
Julio: “(Tapi tak ada wanita seperti ini di bar manapun, dia begitu berkilau.)”

            Beberapa orang penyelam di belakangnya tertawa, Julio menoleh ke belakang dengan tatapan kesal.

?: “(Lakukan saja itu setelah pekerjaan kita selesai, aku akan masuk dan membongkar apa yang di dalam bersama Esteban. Kita tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini setelah mendapatkan informasi berharga dengan harga mahal, keuntungan kita yang hilang akan kembali berkali-kali lipat.)”
Julio: “(Siap!)”

            Olivia yang mendengarkan percakapan mereka dari kejauhan, memandangi sang pemimpin yang baru masuk ke dalam kapal. Kini para sandera dipaksa untuk melompat ke laut, salah satu dari mereka ditembak sampai tercebur ke laut. Saat Megan hendak jatuh, Julio menangkap dan menariknya keluar dari kerumunan.

Julio: “(Yang ini milikku! Kalian jatuhkan sisanya!)”

            Kapal berguncang cukup hebat akibat ledakan yang mendadak terjadi di dalam, menyebabkan beberapa penumpang jatuh ke laut. Kapal mulai tenggelam perlahan-lahan, Megan dibawa ke kapal nelayan yang dipakai untuk menghambat perjalanan. Dia diangkat dan dilempar ke dalam kapal, Olivia langsung berlari dan mencoba menyelamatkan Megan. Para bajak laut itu menembaki Olivia, Julio menembakkan harpun ke arahnya namun berhasil dihindari. Julio langsung melompat ke kapal nelayan dan mencoba untuk kabur, sementara Olivia dibuat sibuk. Julio sendiri mulai kehilangan kesabaran saat harpun di senapannya sudah habis, dia masuk ke dalam kapal nelayan dan berjalan ke ruang kemudi.

Julio: “(Kenapa diam saja?! Cepat jalankan kapalnya!)”
?: “(Maaf, aku tidak bisa mengemudikannya.)”
Julio: “(Apa maksudmu tidak bisa?! Kau itu pengemudi!)”
?: “(Ya, aku memang pengemudi.)”

            Sang pengemudi berbalik dan menembakkan senjata penyetrum ke tubuh Julio, membuatnya kejang-kejang dan terjatuh ke belakang. Bersamaan dengan itu Megan dan James baru muncul dan memandangi Julio yang kejang karena tersetrum, disusul oleh sang pengemudi yang ternyata adalah Roy.

Roy: “Tapi biasanya aku mengemudikan Ducati.”
James: “Dan dia perlu ke dokter gigi.”
Megan: “Maksudmu ke polisi.”